Kondisi Paputo Beach |
Prodi: Pariwisata Syariah
Opini-- Paputo Beach, destinasi wisata pantai di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, mengalami penurunan jumlah pengunjung sebesar 30% dalam dua tahun terakhir. Faktor-faktor seperti sampah, harga makanan mahal dan kurangnya fasilitas wisata menjadi penyebab utama. Artikel ini membahas penyebab penurunan pengunjung dan memberikan rekomendasi untuk mengembalikan kejayaan Paputo Beach.
Sampah yang memenuhi pantai merusak keindahan alam dan kesehatan lingkungan. Wisatawan tidak lagi menikmati pemandangan pantai yang bersih dan indah. Sampah juga memicu risiko kesehatan dan kerusakan ekosistem laut.
Harga makanan dan minuman yang mahal membuat wisatawan berpikir dua kali sebelum mengunjungi destinasi ini. Biaya yang tidak terjangkau mengurangi minat wisatawan dan mempengaruhi perekonomian masyarakat sekitar.
Kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan pantai berkontribusi terhadap masalah ini. Pengelolaan sampah yang tidak efektif dan kurangnya fasilitas pengolahan sampah memperburuk situasi.
Kurangnya inovasi dan promosi wisata juga mempengaruhi penurunan pengunjung. Paputo Beach memerlukan strategi pemasaran yang efektif untuk menarik wisatawan.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata setempat, 75% wisatawan mengeluhkan kebersihan pantai dan 60% mengeluhkan harga makanan yang mahal. Hal ini menunjukkan dampak signifikan dari masalah sampah dan harga yang mahal.
Untuk mengembalikan kejayaan Paputo Beach, perlu dilakukan perbaikan infrastruktur, pengelolaan sampah efektif, penyesuaian harga makanan dan minuman, serta promosi wisata yang intensif. Pemerintah dan pengelola wisata harus bekerja sama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengembangkan strategi pengelolaan lingkungan berkelanjutan.
Paputo Beach dapat kembali menjadi destinasi wisata favorit jika kita bekerja sama untuk menjaga kebersihan dan mengembangkan infrastruktur ramah lingkungan. Mari kita jaga keindahan alam Indonesia untuk generasi mendatang.
Opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi. LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan