Dini Erina, Kurnia, Nurhidayat (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, Universitas Negeri Makassar) 27 Mei 2021 |
Penulis : Dini Erina, Kurnia, Nurhidayat (Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah, Universitas Negeri Makassar)
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia dikenal memiliki berbagai macam dengan yang namanya adat istiadat beserta budayanya. Salah satunya adalah suku Bugis. Suku Bugis merupakan salah satu suku tertua yang ada di Indonesia dan mendiami sebagian besar wilayah di Sulawesi Selatan. Memiliki begitu banyak kepercayaan-kepercayaan menurut orang terdahulu mereka lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sebuah Budaya tidak hanya mencakup pakaian daerah, lagu daerah, alat musik daerah tapi juga nilai-nilai moral dan prinsip kehidupan yang dianut oleh masyarakat. Salah satu budaya lokal yang ada di Indonesia adalah budaya suku Bugis. Salah satu budaya yang sampai saat ini masih terus dilestarikan serta turun temurun dari nenek moyang terdahulu mereka adalah Budaya Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge. Mungkin bagi sebagian orang budaya ini terdengar asing bagi mereka. Namun, bagi suku Bugis budaya ini merupakan budaya yang memiliki arti penting dalam mengamalkannya dikehidupan sehari-hari mereka. Selain itu, kearifan lokal kelompok masyarakat Bugis juga mengandung pelajaran tentang kejatuhan dan kebangkitan, serta percaya pada takdir dan perubahan nasib.
Sipakatau yaitu memanusiakan manusia. Artinya adalah sebagai manusia tentunya kita harus saling menghormati, menghargai, berbuat santun, dan tidak membeda-bedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya baik itu perbedaan suku, ras, dan agama.
Budaya Sipakatau memiliki beberapa pegangan yaitu bahwa upasekko makketenning ri limae akkatenningeng: mammulanna, ri ada tongeng'e; maduanna, ri lempu'e; matelllunna, ri getteng'e; maeppana, sipakatau'e; malimanna, mappesonae ri Dewata Seuwae.
Artinya yaitu saya pesankan kamu pada kelima pegangan: pertama, pada kata benar; kedua, pada kejujuran; ketiga, pada keteguhan hati; keempat, pada saling menghargai/saling memanusiakan; kelima, berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. , bagi orang bugis menerapkan budaya mappattabe’ (tanda menghormati dengan membungkukkan badan sedikit saat lewat di depan orang yang lebih tua). Jujur, sopan dalam bertutur kata merupakan budaya sipakatau yang sangat melekat pada orang Bugis dalam beretorika.
Sipakalebbi yaitu memuliakan atau saling menghargai satu sama lain. Artinya adalah perlakukan manusia lain dengan baik dan layak, saling toleransi, cinta damai, cinta tanah air, disiplin, peduli terhadap sesamanya.
Budaya sipakalebbi tertuang di dalam Retorika dalam berpendidikan karakter yaitu cinta perdamaian, cinta tanah air, toleransi, disiplin, dan peduli lingkungan sosial. contoh penerapan budaya sipakalebbi dalam kehidupan sehari-hari biasanya mengucapkan kata tolong ketika ingin dibantu dan mengucapkan kata terima kasih ketika ditolong memberikan ucapan terima kasih (pujian) kepada teman yang sudah mengharumkan nama baik sekolah / kampus, saling membantu dalam membersihkan pakarangan sekolah dan taat membayar pajak untuk pembangunan.
Sipakainge memiliki arti saling mengingatkan. Artinya adalah saling mengingatkanlah kalian sebagai sesama manusia, karena manusia itu tidak luput dari salah. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita untuk saling mengingatkan satu sama lain ketika mereka lupa. Kata warani yang merupakan bagian dari budaya sipakainge mengajarkan kepada manusia untuk memiliki keberanian dalam menyampaikan pendapat baik kritik maupun saran sedangkan arung mengajarkan kepada setiap manusia yang menjadi pemimpin memiliki kerendahan hati untuk menerima segala pendapat (kritik dan saran) dalam hal itulah di perlukan Retorika Sipakainge untuk mengingatkan/meyakinkan sesamanya agar bisa menjadi lebih baik .
Ketiga prinsip inilah yang senantiasa diterapkan masyarakat suku Bugis di dalam kehidupan sehari-hari mereka dalam ber Retorika. Sebuah budaya dapat lahir untuk dijadikan sebagi pedoman hidup yang memiliki arti penting dalam setiap penerapannya. Seperti halnya prinsip dan nilai-nilai budaya Sipakatau, Sipakalebbi, Sipakainge ini yang tertuang dalam pendidikan karakter. (Nilai ini diajarkan secara turun-temurun oleh orang tua kita untuk membentuk karakter kita bersama) ini yang tertuang dalam kegiatan beretorika.
Tulisan yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi.
LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.
Web & IT: Amel