Andi Cesar Fahreza Abdillah Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah 04 Mei 2020. |
Opini-- Kita kehilangan kesadaran dengan beberapa “prediksi” (katanya). Percayalah, Film Rilisan Korea Selatan memiliki scene yang persis dengan apa yang terjadi sekarang, yaitu Virus menular yang memakan banyak korban. Kemudian yang paling ramai diperbincangkan diantara penganut teori konspirasi adalah Film Rilisan 20th Century Fox, “The Simpsons”. Scene film The Simpsons yang pada akhirnya terjadi saat ini diantaranya Tragedi 9/11 Amerika serikat dimana sebuah gedung kembar ditabrak oleh pesawat yang dibajak, Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat, Jhon Lennon membalas surat dari fans sebelum akhirnya terbunuh adalah beberapa dari banyak deretan prediksi film tersebut yang menjadi kenyataan. Hingga pada akhirnya, Film ini kembali dikaitkan dengan Covid-19 karena memiliki scene yang memang berkaitan dengan apa yang terjadi saat ini. Yang menarik perhatian adalah film ini menyebut “Freemason” sebagai dalang dari semua peristiwa besar yang terjadi di Dunia ini. Siapakah Freemason? Apakah sekali lagi ini adalah kode kebenaran dari The Simpsons? Lantas siapa dibalik Film The Simpsons sehingga bisa memprediksi banyak hal yang benar terjadi? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan dasar dari dalamnya teori konspirasi terkait ini.
Saya menulis ini terinspirasi dari pembicaraan Dr. Tirta dengan Deddy Corbuzier pada podcast yang judulnya “Konspirasi Corona Berujung Debat” di channelnya om Deddy. Yang menarik adalah, pembahasan saat Dr. Tirta dan om Deddy sendiri belum mau suntik vaksin kalau misalkan vaksin Covid-19 ini tercipta dibulan Agustus. Nah, apa yang menyebabkan sesorang Dr. Tirta yang notabenenya adalah seorang Dokter? Apa yang menjadi keraguan seorang Deddy Corbuzier yang memiliki pola pikir diatas rata-rata? Jawabannya Cuma satu, ini adalah konspirasi bahwasanya jika benar vaksin tercipta di Bulan agustus dan di produksi secara massal lalu dilakukan penyuntikan ke seluruh penduduk dunia, maka bisa saja, itu adalah proses depopulasi. Tidak ada salahnya kita waspada.
Teori ini terbilang masuk akal, yang pertama karena proses pembuatan vaksin untuk satu jenis virus itu sangat sulit dan memakan waktu sekitar 15 Tahun untuk pengujian pertama. Menurut Dr. Tirta, sebuah vaksin terlebih dahulu melewati beberapa tahap uji coba pada hewan dan manusia, dan itu tidak memakan waktu sebentar. Kemudian produksi vaksin yang lulus uji coba hanya bisa diproduksi maksimal 2 juta vaksin dalam seminggu, bahkan lab tercanggih sekalipun. Secara otomatis, proses vaksinasi akan memakan waktu yang sangat lama. Nah, yang menjadi titik konspirasinya adalah, apakah Bill Gates sudah memiliki bekal “Microchip” untuk 7,7 Miliyar penduduk bumi? Secara dia adalah orang yang paling yakin bahwa vaksin yang akan tercipta dalam waktu dekat. Disisi lain, Bill Gates adalah orang yang memiliki ambisi besar dalam depopulasi. Mari kita pikirkan sama-sama.
Selanjutnya adalah terkait dengan “social distancing”, kenapa harus? Karena (katanya) satelit tidak bisa menangkap data saat orang yang dipasangi microchip nantinya pada saat setelah proses vaksinasi dilakukan. Yang menjadi pertanyaan kemudian, apakah baik bagi diri sendiri? Untuk menemukan jawabannya, kita harus terlebih dahulu tahu bahwa WHO itu siapa, apakah benar WHO menganjurkan segala sesuatu demi pencegahan Covid-19 ataukah WHO adalah salah satu dalang yang berperan dalam agenda depopulasi? Jika benar WHO menganjurkan demi pencegahan Covid, artinya ini adalah benar penyakit natural. Tapi jika terbukti bahwa WHO adalah salah satu lembaga yang berada di pihak “proyek ambisius” Bill Gates, maka benar, ini adalah proses depopulasi manusia.
Corona Virus 2019. Danger-nya ada tapi bukan berarti kita harus panik, Fear-nya ada, tapi bukan menjadi alasan untuk takut. Saya melihat media menggiring mindset publik bahwa corona itu mematikan. Siapa yang tahu angka kematian di besar-besarkan? Kenapa? Karena berita yang biasa saja (positif) tidak akan mendatangkan traffic (penghasilan). Rating rendah tidak akan mendatangkan iklan. “Kabar Kim Jong Un meninggal dunia jauh lebih heboh daripada Aamir Khan yang berdonasi 3 Juta Rupiah kepada setiap penduduk di salah satu desa India dengan cara uang tersebut disembunyikan di setiap 1 Kg. Tepung”. Apakah media besar juga salah satu pemeran dalam agenda besar ini?
Berbicara pandemik, ada tiga yang memungkinkan orang meninggal. Pertama Virus itu sendiri, kedua tekanan psikis yang terjadi karena penyebaran ketakutan yang masiv, ketiga adalah kelaparan yang terjadi karena proses-proses yang tidak memungkinkan untuk bisa mendapat makanan. Dan beberapa hal ini berkaitan. Seseorang terkena virus, dia mendapat tekanan psikis karena penyebaran ketakutan tadi, akhirnya depresi, imun tubuh menurun, akhirnya meninggal. Maka bisa saja ini benar adalah proses depopulasi.
Pertanyaan besarnya adalah, apakah Bill Gates, WHO, Donald Trump, pembunuh Jhon Lennon, orang-orang dibalik The Simpsons, media-media besar yang menyebarkan ketakutan dan elite politik dunia lainnya adalah yang dimaksud “Freemason”? Apakah benar ini adalah agenda 100 tahunan depopulasi? Bisa saja, iya. Lantas apa yang akan terjadi saat semua dibawah kontrol mereka? Ambisi besar untuk menguasai dunia adalah hal utama yang ingin dicapai pastinya. Untuk apa? Entahlah. Bisa saja bisnis, uang, kekuasaan, kebebasan, silahkan simpulkan sendiri. Dan jika benar ini adalah pelaksanaan agenda dari “mereka”, maka apa agenda selanjutnya? Hati-hati dan pikirkan baik-baik.
Yang mesti dipahami kemudian adalah, terlepas dari “Teori Konspirasi” ini itu, kita harus sadar bahwa virus ini benar adanya, sudah memakan banyak korban jiwa, dan menjadi bencana dunia yang entah kapan berakhirnya. Alangkah mirisnya saat seseorang meninggal ditengah pandemik, lalu orang-orang mengatakan “Ahh bohong, dia meninggal bukan karena Corona”. Oh hey!? Mereka kehilangan nyawa bro! Baiklah, kalian percaya konspirasi bahwasanya Covid-19 hanya agenda kesekian dari freemason, kita sama-sama tahu bahwa mereka yang meninggal karena Covid-19 adalah orang yang memiliki penyakit komplikasi, tetapi inti dari semuanya bukan itu. Jangan sampai konspirasi yang ada justru menjadikan kita sebagai orang yang kehilangan empati, membuat kita disrespect terhadap orang yang meninggal. Konspirasi hanya sebatas mempertanyakan kebenaran atas apa yang terjadi sekarang, hal ini yang kurang dipahami oleh netizen yang percaya konspirasi.
Tapi, percaya atau tidaknya kita terhadap teori konspirasi yang ada, musuh kita saat ini Cuma satu, Covid-19. Untuk sekarang, ayo kita bersama sama “fight” melawan Corona dengan cara mengikuti anjuran pemerintah yang berlaku, agar semua cepat selesai. Saat semua selesai, mari kita sama-sama berdiskusi untuk mencari dalang dari semua ini.
Stay safe, keep respect.
Andi Cesar Fahreza Abdillah, 23. Parepare, 4 Mei 2020.
*note : Tulisan diatas adalah teori konspirasi belaka yang kebenarannya tergantung dari pemahaman pribadi pembaca dan juga luapan kekhawatiran pribadi dengan apa yang bisa saja terjadi. Tidak ada niat untuk menggiring mindset karena kita masing-masing punya mindset. Apa salahnya kita waspada. Namun, semua kembali kepada Penguasa satu-satunya, Tuhan Yang Maha Esa.
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi.
LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.