Hardiyani Herman Mahasiswi Prodi Perbankan Syariah IAIN Parepare
10 Mei 2020
Penulis : Hardiyani Herman
Opini - Makhluk kecil yang bernama Covid-19 awalnya hanya menyandang status sebagai epidemi namun seiring berjalannya waktu telah mengalami peralihan status menjadi pandemi. Yang awalnya, hanya berdomisili pada satu tempat kini telah bermigrasi dan menetap dimana-mana. Yang awalnya hanya divonis sebagai virus yang biasa kini telah memberi dampak yang sangat luar biasa.
Keberadaannya belum begitu lama. Hanya butuh sedikit waktu untuk merobohkan segala sistem yang telah dibangun dan diperkuat dengan begitu kokohnya oleh sebuah negara. Awal kemunculannya telah membawa petaka bagi salah satu negara adidaya/adikuasa. Duka yang ditimbulkan tak sampai situ, virus ini pun menebarkan duka ke berbagai penjuru bumi. Sialnya, negara ibu pertiwi pun terkena imbasnya.
Ekonomi roboh, sosial gaduh, psikologis runtuh, politik kacau. Satu kalimat yang memancarkan beribu makna untuk mencerminkan kondisi saat ini. Berbagai kebijakan pun coba diterapkan untuk memutus penyebaran covid-19. Walau nyatanya, belum ada kebijakan yang dinilai solutif. Bukannya menepis duka, tapi justru menambah duka utamanya bagi penyandang ekonomi kelas menengah ke bawah.
Di lingkup kampus, mahasiswa diliburkan tetapi dituntut untuk tetap mengikuti proses perkuliahan daring. Tetapi kampus sama sekali tidak memberikan kebijakan yang solutif terhadap pelaksanaan kuliah daring tersebut. Segelintir tenaga pendidik bahkan tak mau peduli kondisi para mahasiswa, yang mereka tahu kalian hadir di perkuliahan daring maka kalian tidak dianggap mangkir. Tapi walaupun tekad kalian kuat untuk mengikuti perkuliahan namun tak didukung oleh kondisi sinyal yang memadai, maka kalian akan tetap dianggap tidak mengikuti proses perkuliahan. Wahai para bapak ibu pimpinan, Tak sadarkah kalian jika masih terdapat mahasiswa(i) yang berada pada kondisi tak seberuntung kalian? berada di daerah yang sinyalnya tak selancar kalian. Lantas Apakah kalian akan terus memaksa untuk memperlakukan mereka semua sama? Sungguh sebuah ketidakadilan yang nyata.
Belum lagi ibu menteri yang terhormat, bahkan tak sadar telah mengeluarkan kebijakan yang sama sekali tidak mementingkan masyarakat umum. Yah,membebaskan para narapidana tanpa memandang tingkat kriminal yang telah mereka lakukan. Kalian mungkin beruntung karena bisa menggaji satpam dan bodyguard untuk tetap menjamin keamanan serta keselamatan kalian, tapi bagaimana dengan masyarakat yang hanya mengandalkan diri sendiri tuk menjamin keselamatan keluarga dan hartanya?. Jika dahulu kita hanya dihawatirkan tentang keberadaan perampok para tikus yang berdasi, Kini kita malah dirisaukan oleh keberadaan para tikus kelaparan berkaos oblong. Sungguh sebuah kejahatan yang tak direncanakan.
Kebijakan Lockdown, social distancing, physical distancing dan work from home yang dinilai sebagai kebijakan tidak solutif tengah diterapkan di negara Ibu Pertiwi. Kebijakan ini mungkin menguntungkan para Aparatur Negara yang tetap dapat menikmati uang rakyat walaupun hanya melakukan pekerjaan di balik layar. Tetapi bagaimana dengan mereka para pejuang rupiah yang mencari sesuap nasi dengan harus bekerja diluar rumah?
Bahkan terkadang mereka dianggap pembangkang oleh si pembuat kebijakan, tapi mereka tak menyadari betapa sulitnya kondisi yang tengah melilit para pekerja "out of home" tersebut. Sungguh sebuah kebijakan yang tidak manusiawi. PHK dimana-mana, pembagian sembako yang tidak merata, Bantuan Langsung Tunai yang nyatanya tak tepat sasaran! Apakah itu yang kau katakan sebagai sebuah solusi?
Lantas kebijakan tidak manusiawi apa lagi yang akan dijumpai? Sungguh sangat disayangkan, mereka yang duduk di kursih jabatan yang katanya para intelek tapi tidak melek perihal kemanusiaan. Suara rakyat dibungkam dan tak dihiraukan, tangisan rakyat kecil mereka biarkan mengalir sederas-derasnya. Saya pun mengamini bahwa segala kebijakan pasti akan menuai pro dan kontra. Tapi apakah kita akan terus bertahan pada kondisi yang tak menyetahrakan seluruh lapisan masyarakat? Mungkin beberapa dari kalian telah dibutakan oleh jabatan. Sangat disayangkan.
Teruntuk para pejuang di tengah covid-19. Tetap sabar, tetap tegar. Kondisi ini akan segera berakhir, bumi pun akan segera membaik. Jangan sesekali terkalahkan oleh situasi yang melilit walau sesekali mesti menjerit. Kita kuat, kita bisa, kita hebat!
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi.
LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.