Penulis : IPL
Opini - Baru-baru ini Mahasiswa dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam berhasil meraih Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional Perguruan Tinggi se Indonesia. Adapun Mahasiswi itu Nasyulianti, Nurul Qisti Al-Ihfa dan Hardiyani Herman.
Dalam moment bahagia tersebut salah satu narasumber mengirimkan tulisan sukacita berselip duka kepada tim kami.
Rasa senang hadir ketika mendengar tim dari kampus kami juara karya tulis ilmiah nasional. Namun disisi lain sakit dan galau rasanya melihat dosen yang penuh perjuangan membimbing Mahasiswa untuk mengharumkan nama kampus tidak lagi bersama kami di kampus ini.
Mungkin bapak dicampakkan bagai tdk pernah ada. Namun bagi kami akan selalu ada.
Galau ? Yah ! galau bagi mahasiswa yang terlanjur akrab dengan beliau, terlanjur dekat dengan beliau, terlanjur sering bertukar pikiran bertukar gagasan dengan beliau sehingga melahirkan ide ide yang luar biasa.
Kehilangan
Jangan ditanya lagi. Seberapa kehilangan seorang Mahasiswa dengan sosoknya.
Dia tidak pergi secara abadi. Dia hanya tidak akan berada pada satu naungan lembaga yang sama lagi. Rasanya seperti kehilangan sesuatu yang berharga.
Kehilangan beliau, berarti menjerumuskan tim lomba yg telah dibentuknya bisa dikatakan di ambang kehancuran.
Harapan kami untuk birokrasi kampus jika memang tidak menghadirkan kembali setidaknya kemudian hari tidak ada lagi dosen yang senasib dengan beliau.
Tulisan ini murni dari kami yang pernah dibimbing langsung atauka di ajar langsung oleh beliau.
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi.
LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi.
LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.