Adi Irwandi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Parepare
Penulis : Adi Irwandi
Tundangnga ke subuh i indo',
Tundangnga ke subuh i indo',
Tundangnga ke subuh i indo',
Tundangnga ke subuh i indo', adalah satu kalimat yang mengingatkan kita untuk kembali mengenang masa kecil yang berbahagia, bagaimana tidak,,,? Kalimat Tundangnga ke subuh i indo' (bangunkan saya di waktu subuh (sahur) mama/ibu), seakan menjadi sebuah mantra tersendiri bagi seluruh anak kampung, termasuk kampung saya di Dusun Silopo, Desa Mirring, Kecamatan Binuang, Kabupaten Polman, selain sebagai mantra juga sebagai bait lagu pattundang (petugas membangunkan masyarakat untuk bersahur) yang sudah menjadi tradisi di bulan ramadhan di kampung saya dan seluruh daerah di negeri ini, yang menggema di waktu subuh yang biasanya di lakukan oleh sekelompok anak muda (kallolo) yang dengan ikhlas dan siap siaga, rela begadang untuk menanti waktu tersebut, bunyi gendang dan rinci yang dibuat dari alat yang sederhana seperti ember, galon yang digunakan sebagai gendang, dan seng dan botol bekas yang berfungsi sebagai rinci, meskipun alat tersebut sederhana namun mampu melahirkan lantunan musik yang sangat syahdu kira-kira seperti "tang tang tang, tang tang tang tang"/"tundangnga ke subuh i indo', dan saat ini kembali lagu dan iringan musik itu akan bergema di waktu subuh di bulan yang suci ini, meskipun ditengah kondisi yang sedang tidak baik-baik saja akibat pandemi covid-19, semoga semangat membangunkan masyarakat tidak akan hilang dari generasi ke generasi, meskipun ditahun ini bisa saja bentuknya berbeda, bisa saling membangunkan melalui media sosial seperti via whatsapp, messengger ataupun via telpon celluler, dan semoga di bulan suci ini kita tetap melaksanakan ibadah puasa dengan baik dan senantiasa diberikan kesehatan serta perlindungan oleh Allah Swt, dan kita berharap semoga di bulan yang berkah ini pandemi covid-19 pun berakhir, Aamiin yaa rabbal aalaamiin,,,
Marhaban yaa ramadhan, mohon maaf lahir dan batin,,,
Tulisan opini yang dipublikasikan di media online ini menjadi tanggung jawab penulis secara pribadi.
LPM Red Line tidak bertanggung jawab atas persoalan hukum yang muncul atas tulisan yang dipublikasikan.