Pamflet Seruan Aksi Jilid 2 |
Kampus, Red Line News -- Seruan Aksi Jilid 2 mengenai Penolakan RUU KUHP serta perintah untuk mengosongkan Kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare pada tanggal 26 September 2019 hanya Hoax belaka.
Muhammad Saleh, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Alumni dan Kerja Sama mengaku tidak memberi izin kepada Mahasiswa untuk ikut aksi yang sebelumnya juga dilakukan tanggal 24 September 2019. "Kemarin mahasiswa melakukan aksi dan hari ini kami berpikir kembali mengenai aksi itu, walaupun ini masih dalam koridor aksi yang bertanggung jawab, entah kami mendukung atau tidak. Namun perlu diketahui bahwa tidak ada suatu kebijakan untuk menetapkan hari libur pada saat aksi berlangsung," jelasnya.
"Saya mendapat sebuah informasi mengenai aksi ini, Dema IAIN Parepare tidak ikut karena merasa bahwa agenda tersebut sudah tidak sejalan lagi dengan apa yang dituntut jadi tidak ada istilah kelas dikosongkan dan perkuliahan dibubarkan," lanjutnya.
Beliau juga menambahkan bahwa dalam berdemokrasi kita tidak bisa memaksa orang lain untuk ikut dalam demokrasi tersebut. "Demokrasi itu melahirkan perbedaan pendapat akan tetapi perbedaan itu menjadi hasanah dan juga sebuah rahmat. Kita tidak boleh menjadikan perbedaan itu menjadi sesuatu yang tidak kita inginkan dan berdemoraksilah secara murni dan siap menerima perbedaan," tambahnya.
"Saya berharap mahasiswa dapat melihat atau membedakan apakah aksi itu layak untuk diikuti atau tidak. Terlebih dahulu kita harus mengklarifikasi yang namanya sebuah informasi sebelum mempercayainya. Jangan sampai kita mempercayai yang belum tentu kebenarannya dan itu dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab," harapnya.
Inisial BLR, pembuat pamflet seruan aksi jilid 2 mengungkapkan bahwa ia membuatnya atas dasar aksi yang dilakukan dihari sebelumnya. "Pemahaman saya waktu demo kemarin semua menyatakan siap akan hadir lagi di rapat paripurna jadi saya membuat Pamflet tersebut akan tetapi Dema IAIN Parepare tidak ikut," ungkapnya.
"Ternyata DEMA IAIN Parepare tidak ikut aksi tersebut dan saya salah tidak mengkonfirmasi terlebih dahulu ke DEMA sebelum membuatnya. Saya merasa bersalah tanpa meminta persetujuan dari DEMA," tutupnya.
Reporter : Hmr
Redaktur : Ris