Ust Budiman Ustman Ketua Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam |
oleh: Budiman Sulaeman
Fenomena berdemokrasi di lingkungan kampus sedang berproses menuju pendewasaan utk menemukan kedewasaannya.
Menarik dicermati perilaku sebagian dari awak kampus dalam memberi contoh berdemokrasi. Bukan hanya dalam berbeda pendapat, tetapi juga dalam hal menyampaikan kritik dan kecerdikannya memanfaatkan 'kelemahan lawan debat' yang biasanya berujung pada sikap saling menghujat. Maka yg tersaji di permukaan adalah tajamnya perbedaan, bukan jiwa besar, kearifan dan ketulusan bermusyawarah yg telah dimafhumi sebagai pilar utama dalam berdemokrasi.
Konsep musyawarah yang diviralkan Allah dan Rasulullah merupakan bentuk interaksi sosial yang memiliki makna "saling memberi isyarat tentang yang baik dan benar untuk semua".
Memang prasyarat dalam bermusyawarah adalah kebebasan berpendapat. Tetapi penting untuk menghindari sikap-sikap absolutik (pemaksaan keinginan) dan nafsu mendominasi wacana, karena minimnya perasaan rendah hati dan jiwa besar untuk melihat kemungkinan orang lain berada pada pihak yang lebih baik dan lebih benar.
Dalam Wawasan Al-Qur'annya, Prof. Quraish Shihab menyatakan bahwa pada mulanya kata "musyawarah" berarti "mengeluarkan madu dari sarang lebah".
Lebah adalah binatang yg sangat unik. Keunikannya paling tidak terlihat pada naluri disiplin dan kerjasama yg kuat, sekalipun yang menjadi pemimpinnya adalah seekor lebah betina.
Yang menarik dari makna "musyawarah" adalah madu yang dihasilkan oleh lebah. Madu, selain manis, juga obat bagi banyak penyakit, sekaligus sumber energi bagi yang meminumnya.
Kalau makna ini ditarik dan dikaitkan dengan suasana PEMIRA (Pemilihan Mahasiswa Raya) di Kampus kita IAIN Parepare, maka seluruh elemen (penyelenggara, partai pengusung dan mahasiswa) yg berkepentingan terhadap suksesnya helatan tahunan mahasiswa ini diibaratkan lebah, sedangkan keputusan-keputusan dan atau ketetapan yang dihasilkan dalam musyawarah adalah madunya. Jadi setiap keputusan yang dihasilkan adalah madu, bukan malah racun. Karena kalau lebih banyak racunnya daripada madunya atau sama sekali tidak menghasilkan madu, maka ada baiknya dilakukan studi banding ke sarang lebah untuk menerima pembekalan dan pembelajaran berharga dari lebah seputar trik-trik dan etika bermusyawarah yang baik lagi santun. Atau jangan-jangan perlu dilahirkan partai baru bernama PARTAI LEBAH. Wallahu a'lam.