Auditorium, Red Line News-- Tahap penghitungan suara Pemilihan Mahasiswa Raya (PEMIRA) yang diadakan di Auditorium menuai adu mulut oleh pihak KPUM dengan massa pendukung kandidat, (21/12).
Kericuhan ini dipicu oleh adanya larangan bagi para pendukung untuk memasuki ruangan sehingga massa memaksa untuk memasuki Auditorium. Setelah melakukan negosiasi, pihak KPUM akhirnya mengizinkan massa untuk turut menjadi saksi dalam penghitungan suara.
"Patut kita pahami sebelumnya bahwa PEMIRA ini salah satu pesta demokrasi mahasiswa hal yang perlu diingat adalah mengenai transparansinya, jika ditutup seperti ini artinya banyak teman-teman yang ingin mengetahui hasil suara dari pemilihan HMJ dan PRESMA dan tentu tidak bisa menikmati pesta demokrasi didalamnya. Saya yakin semua teman-teman yang membawa massanya akan tertib dan semuanya akan berjalan lancar,"Ungkap salah seorang pendukung yang tidak ingin disebutkan namanya.
Berdasarkan keterangan tersebut, didapatkan informasi bahwa aturan tersebut diberlakukan dengan pertimbangan untuk mengantisipasi munculnya kericuhan dan tidak ada pihak yang bisa menjamin.
"Jika memang dari pihak yang di dalam mengizinkan untuk masuk maka kami akan mengizinkan tapi, kami tentu tetap mempertimbangkan keamanan yang akan terjadi nantinya dan yang perlu ditegaskan bahwa kami tidak mengizinkan masuk karena kami takut akan terjadi kericuhan oleh massa karena tidak ada yang berani untuk menjamin. Tetapi ternyata ada dari salah satu massa yang berani untuk menjamin bahwa semua akan berjalan lancar dan mereka berjanji untuk tidak membuat kericuhan barulah kami dari pihak pengamanan mengizinkan untuk masuk. Saya tau dari rencana awal massa memang bisa atau diperbolehkan masuk tapi dilantai 2,"ujar anggota keamanan Resimen Mahasiswa (MENWA) selaku keamanan
Reporter: Umk/Ias
Editor: Yli