Notification

×

Iklan

Iklan

Bedah Buku, Benarkah Menantuku Parakang?

May 3, 2017 | 4:34:00 PM WIB | 0 Views Last Updated 2017-05-03T08:34:15Z
foto bersama HMJ Syariah dengan penulis dan pembicara di Aula (02/05/2017)
Aula, Redline News-- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Syariah melakukan kegiatan bedah buku yang berjudul “Benarkah Menantuku Parakang?” yang pengantar buku dituliskan oleh Baharuddin Amir yang dihadiri oleh 6 orang penulis dibeberapa  karya cerpen dari 12 cerpen yang ada dibuku tersebut yang dibentuk oleh Cerpen Serumah Parepare.

Hanya saja penulis dari “Benarkah Menantuku Parakang?” tidak sempat menghadiri kegiatan tersebut. “Harapannya adalah orang lain yang membedah buku tersebut sebagai wasit, agak kurang tepat jika penulisnya yang membedahnya, karena penulisnya adalah pemain.”ungkap salah satu penulis. Kegiatan ini dibantu oleh 25 lebih orang panitia dan  peserta yang mengikuti kegiatan ini.

Pembicara dalam kegiatan ini adalah Dr.hannani M.ag dan Dr.M Ali Rusdi S.Th.i,  yang dimoderatori  oleh Maman Suryaman  (wakil ketua HMJ Syariah) yang menurutnya parakang seakan sosok yang firal bagi masyarakat. “Dimana kegiatan ini  muncul dari keisengan semuanya sehingga buku tersebut ditemukan, karena menarik dan diberikan  wadah untuk dapat diselenggarakan,” ujarnya. 

Tujuan kegiatan ini untuk melatih kreativitas penulisnya dan untuk mengajak mahasiswa menambah pengetahuan di kehidupan lokal  dengan harapan hal-hal seperti kehidupan lokal dapat dimunculkan lagi di kegiatan-kegiatan berikutnya yang lebih menarik.

Parakang merupakan produk sulawesi selatan dan dianggap angkatan darat yang pastinya sakti. Tidak usah dirisaukan oleh bagian tradisi kita. Ia antara percaya dan tidak dengan adanya parakang karena tidak ada pembuktian, karna sudah jadi tradisi Bugis-Makassar, kita anggap saja itu ada. Menurut ceritanya konon ceritanya parakang itu mampu mendengarkan  pembicaraan seseorang,”ungkap Hannani 

Menurut pak ali rusdi, kisah parakang ini yang terkait syariah adalah pernikahan dan uang panai yang sangat realitas dikalangan masyarakat. Issu parakang sudah tersebar luas  dikalangan masyarakat utamanya di Pinrang, Sidrap, Bulukumba, Sincai, Polman dan Majene.”Dikeluarga saya itu, jika ada yang baru melahirkan tidak boleh meninggalkan anaknya sendiri. Masyarakat mempercayai hantu lokal itu benar-benar ada,” ungkapnya

Kisah parakang harus banyak dilestarikan dan dituliskan akan tetapi perilakunya harus dihilangkan. Sesuai seiringnya zaman parakang akan hilang sendirinya. “Apresiasi karya seperti ini yang ditunggu-tunggu, jika mengangkat budaya lokal saya akan terima. Jarang ada orang yang mengangkat budaya-budaya lokal , jadi kita harus memunculkan setan-setan kita agar dapat ditakuti orang banyak  yang diluar lokal kita,” tambahnya

Reporter: Hdr/
Editor: Dvi
TUTUP IKLAN
TUTUP IKLAN
×
Berita Terbaru Update