Aula,
Redline News-- Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Syariah melakukan kegiatan bedah buku
yang berjudul “Benarkah
Menantuku Parakang?” yang
pengantar buku dituliskan oleh Baharuddin Amir yang dihadiri oleh 6 orang penulis
dibeberapa karya cerpen dari 12 cerpen
yang ada dibuku tersebut yang dibentuk oleh Cerpen
Serumah Parepare.
Hanya saja penulis dari “Benarkah Menantuku Parakang?” tidak sempat
menghadiri kegiatan tersebut. “Harapannya adalah orang lain yang membedah buku
tersebut sebagai wasit, agak kurang tepat jika penulisnya yang membedahnya,
karena penulisnya adalah pemain.”ungkap
salah satu penulis. Kegiatan ini dibantu oleh 25 lebih orang panitia dan peserta yang mengikuti kegiatan ini.
Pembicara dalam
kegiatan ini adalah Dr.hannani M.ag dan Dr.M Ali Rusdi S.Th.i, yang dimoderatori oleh Maman
Suryaman (wakil ketua
HMJ
Syariah) yang menurutnya parakang seakan sosok yang firal bagi masyarakat.
“Dimana kegiatan ini muncul dari
keisengan semuanya sehingga buku
tersebut ditemukan,
karena menarik dan diberikan wadah untuk
dapat diselenggarakan,”
ujarnya.
Tujuan kegiatan
ini untuk melatih kreativitas penulisnya dan untuk mengajak mahasiswa menambah
pengetahuan di kehidupan lokal dengan
harapan hal-hal seperti kehidupan lokal dapat dimunculkan lagi di
kegiatan-kegiatan berikutnya yang lebih menarik.
Parakang merupakan
produk sulawesi selatan dan dianggap
angkatan darat yang pastinya sakti.
“Tidak usah dirisaukan
oleh bagian tradisi kita. Ia antara percaya dan tidak dengan adanya parakang
karena tidak ada pembuktian, karna sudah jadi tradisi Bugis-Makassar, kita
anggap saja itu ada. Menurut ceritanya konon ceritanya parakang itu mampu mendengarkan pembicaraan seseorang,”ungkap Hannani
Menurut pak ali
rusdi, kisah
parakang ini yang terkait syariah adalah pernikahan dan uang panai yang
sangat realitas dikalangan masyarakat. Issu parakang sudah tersebar luas dikalangan masyarakat utamanya di Pinrang,
Sidrap, Bulukumba, Sincai, Polman dan Majene.”Dikeluarga saya itu, jika ada
yang baru melahirkan tidak boleh meninggalkan anaknya sendiri. Masyarakat
mempercayai hantu lokal itu benar-benar ada,”
ungkapnya
Kisah parakang harus banyak
dilestarikan dan dituliskan akan tetapi perilakunya harus dihilangkan. Sesuai
seiringnya zaman parakang akan hilang
sendirinya.
“Apresiasi karya seperti ini yang ditunggu-tunggu, jika mengangkat budaya lokal
saya akan terima. Jarang ada orang yang mengangkat budaya-budaya lokal , jadi
kita harus memunculkan setan-setan kita agar dapat ditakuti orang banyak yang diluar lokal kita,” tambahnya
Reporter:
Hdr/
Editor:
Dvi