Red Line-Teori klasik tentang hak dan kewajiban yang sangat familiar adalah sebelum menuntut hak tunaikan dulu kewajibanmu. Ini hampir dalam konteks berbangsa dan bernegara
selalu dianut dan dijalankan. Pada dasarnya setiap warga negara memiliki peran
strategis dalam menjaga relasi antara masyarakat (non-pelaksana agama) dan
pelaksana Negara (pemerintah). Namun bagaimana jika kewajiban sudah
dilaksanakan sementara hak belum terpenuhi. Seperti dalam kasus di STAIN
Parepare.
Hiruk Pikuk kampus hijau STAIN Parepare kembali terasa. Bukan kegiatan-kegiatan
organisasi mahasiswa (ormawa), bukan juga karena pedagang-pedagan liar yang
menjual di sekitar kampus yang menjajakan dagangan-dagangannya dengan modus
“wanita cantik”. Kali ini seperti halnya tahun-tahun sebelumnya memasuki
semester baru, sudah menjadi rutinitas mahasiswa dan mahasiswi untuk menunaikan
kewajibannya membayar SPP.
Pembayaran SPP yang dimulai 27 jan-4 feb 2014
menyisahkan rasa kesal oleh sebagian mahasiswa saat melakukan transaksi pembayaran
SPP. Kondisi yang cukup memprihatinkan di bank syariah payment point STAIN
Parepare adalah tempat pembayaran yang begitu sempit. Dengan kondisi ruangan
yang cukup sempit, panas, dan sumpek. Antrian yang panjang juga membuat suasana
pembayaran sedikit gaduh.
Rajab (mahasiswa) yang sempat ditemui mengutarakan “sangat sulit untuk
bisa membayar SPP ditempat seperti ini, tempat pembayaran tidak bisa menampung
jumlah mahasiswa yang begitu “membludak”.”tegasnya.
Kondisi seperti ini terjadi akibat tempat pembayaran SPP hanya berada
dilokasi STAIN Parepare saja. Lucunya lagi saat ditanyakan tentang suasana
tersebut, satuan pengamanan (satpam) mengatakan “mahasiswa tidak diperbolehkan
membayar SPP di bank syariah mandiri lainnya”, ujarnya.
"Dengan keadaan seperti ini mestinya pihak bank sudah memiliki strategi
dalam menghadapi mahasiwa yang ingin melakukan pembayaran, bukan malah kurang
peduli melihat kondisi memilukan yang telah terjadi.”, terang aldar (mahasiswa). Mwr/RL