MATERI. Pemimpin Redaksi Ajatappareng News, Syafruddin Wela (tengah) saat membawakan materi tentangEditing dan Layout pada pelaksanaan Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar di Kampus STAIN Parepare, Jumat malam (23/2) lalu. |
AJPNEws -- Lembaga Pers Mahasiswa, Red Line
bekerjasama dengan Unit Pusat Laboratorium STAIN Parepare
menyelenggarakan Diklat Jurnalistik Tingkat Dasar (DJTD) dan Seminar
Jurnalis belum lama ini di auditorium kampus STAIN Parepare.
Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah pemateri dan narasumber dari kalangan wartawan senior dan kawakan di wilayah Ajatappareng. Di antaranya, Yasser Latief, Ibrahim Manisi, Faisal Palapa (Pare Pos), dan Syafruddin Wela (Ajatappareng News).
Selain itu, diklat dan seminar jurnalistik ini juga menghadirkan Alfiansyah Anwar (Metro TV), Hendi Hidayat (Radio Mesra), Syamsuddin (Kompas.com), Rusli Jafar (TV One), dan Arifuddin Beddu (Pijar) sebagai pemateri.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana Diklat, Amiruddin, kegiatan yang diselenggarakan pihaknya itu berlangsung selama empat hari, dari tanggal 20 sampai 23 Februari 2013 di kampus STAIN Parepare.
Dikatakannya, selain Diklat Jurnalistik Dasar yang mengambil tema 'Menjadi Jurnalis Itu Mudah', pihaknya juga menggelar seminar jurnalis dengan tajuk 'Peran Pers Mahasiswa dalam Dunia Kampus'.
"Kedua kegiatan ini diselenggarakan di dua tempat berbeda. Kalau Diklatnya dilaksanakan di microteaching STAIN, sedangkan seminar jurnalisnya dilaksanakan di auditorium kampus STAIN," terang Amiruddin yang diamini panitia Diklat dan SeminarJurnalis STAIN lainnya, Amir PJ, A Haswan Saddade, dan Akbar Febriansyah, Minggu (24/2).
Peserta diklat jurnalistik ini, sambung Amiruddin, berasal dari para delegasi sejumlah SMA, SMK, dan MA serta Perguruan Tinggi yang ada di Kota Parepare.
Disebutkannya, tujuan kegiatan tersebut untuk mengenalkan kepada pelajar dan mahasiswa tentang seluk-beluk dunia jurnalistik. "Selain itu, kegiatan ini juga dapat menumbuhkan kecerdasan dan kreatifitas mahasiswa melalui tradisi jurnalistik," terang Amiruddin.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Red Line, Haswan Saddade selaku penyelenggara menambahkan, Diklat Jurnalistik tersebut juga dapat menumbuhkembangkan SDM insan jurnalis, khususnya bagi penyelenggara pers kampus.
"Pelaksanaan diklat ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan lebih bagi pelajar dan mahasiswa untuk menunjang pengetahuan akademiknya," kata Haswan.
Haswan menambahkan, melalui diklat jurnalis tersebut, diharapkan mampu membangun insan yang memiliki kepribadian yang kreatif, inovatif, kritis, dan madiri. "Tujuannya, supaya kelak dapat memiliki kemampuan untuk mengelola perusahaan penerbitan seperti surat kabar, tabloid, majalah secara baik dan efektif," paparnya.
Selain itu, kegiatan diklat ini juga dapat mengenalkan kepada para peserta mengenai teknologi media massa secara lebih dekat. "Demikian pula dengan peningkatan ilmu jurnalistik yang telah dimiliki sebelumnya, demi meningkatkan bakat dan minatnya dalam dunia jurnalistik," tandas Haswan.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Ajatappareng News, Syafruddin Wela yang membawakan materi mengenai teknik dan mekanisme editing dan layout (perwajahan) di penerbitan media cetak memaparkan, bahwa proses editing dan layout adalah finishing dari seluruh rangkaian pekerjaan di redaksi media penerbitan.
"Editing merupakan hal yang sangat penting dalam suatu surat kabar atau media massa, baik cetak maupun elektronik. Pekerjaan ini sangat membutuhkan konsentrasi penuh dan ketelitian untuk mengerjakannya," papar Syafruddin di depan para peserta Diklat Jurnalistik.
Syafruddin yang akrab disapa Shepa ini menambahkan, editor selaku pelaksana editing itu harus tahu dan mengerti betul mengenai alur tulisan atau berita yang diedit. Karena pada dasarnya, pelaksanaan editing itu untuk menyederhanakan tulisan yang substansinya kurang jelas," terangnya.
Ditambahkannya, editor harus mampu melakukan analisis dan akurasi data, sehingga berita yang disuguhkan kepada pembaca tersebut mudah dimengerti dan dipahami makud dan tujuannya. "Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan analisa yang kuat mengenai peristiwa yang sesungguhnya terjadi," paparnya.
Sedangkan untuk pembuatan layout dan desain grafis, katanya, seorang layouter dituntut memoles pekerjaannya itu dengan sentuhan nilai seni yang tinggi, sehingga perwajahan surat kabar yang dihasilkan dapat menarik minat pembaca. "Umumnya, masyarakat pembaca itu tertarik untuk membaca sebuah surat kabar jika media tersebut nampak menarik dari segi perwajahannya," jelasnya.
Pasca penyelenggaraan diklat, komunitas pers kampus Red Line, optimis bisa menghadirkan media kampus yang berkualitas. Mereka yakin, dengan adanya materi dan pemaparan oleh para narasumber, jurnalis kampus bisa termotivasi untuk berkarya dan menghasilkan media yang mampu menjadi referensi bagi mahasiswa STAIN ke depan.(pan)
http://ajatapparengnews.com
Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah pemateri dan narasumber dari kalangan wartawan senior dan kawakan di wilayah Ajatappareng. Di antaranya, Yasser Latief, Ibrahim Manisi, Faisal Palapa (Pare Pos), dan Syafruddin Wela (Ajatappareng News).
Selain itu, diklat dan seminar jurnalistik ini juga menghadirkan Alfiansyah Anwar (Metro TV), Hendi Hidayat (Radio Mesra), Syamsuddin (Kompas.com), Rusli Jafar (TV One), dan Arifuddin Beddu (Pijar) sebagai pemateri.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana Diklat, Amiruddin, kegiatan yang diselenggarakan pihaknya itu berlangsung selama empat hari, dari tanggal 20 sampai 23 Februari 2013 di kampus STAIN Parepare.
Dikatakannya, selain Diklat Jurnalistik Dasar yang mengambil tema 'Menjadi Jurnalis Itu Mudah', pihaknya juga menggelar seminar jurnalis dengan tajuk 'Peran Pers Mahasiswa dalam Dunia Kampus'.
"Kedua kegiatan ini diselenggarakan di dua tempat berbeda. Kalau Diklatnya dilaksanakan di microteaching STAIN, sedangkan seminar jurnalisnya dilaksanakan di auditorium kampus STAIN," terang Amiruddin yang diamini panitia Diklat dan SeminarJurnalis STAIN lainnya, Amir PJ, A Haswan Saddade, dan Akbar Febriansyah, Minggu (24/2).
Peserta diklat jurnalistik ini, sambung Amiruddin, berasal dari para delegasi sejumlah SMA, SMK, dan MA serta Perguruan Tinggi yang ada di Kota Parepare.
Disebutkannya, tujuan kegiatan tersebut untuk mengenalkan kepada pelajar dan mahasiswa tentang seluk-beluk dunia jurnalistik. "Selain itu, kegiatan ini juga dapat menumbuhkan kecerdasan dan kreatifitas mahasiswa melalui tradisi jurnalistik," terang Amiruddin.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Red Line, Haswan Saddade selaku penyelenggara menambahkan, Diklat Jurnalistik tersebut juga dapat menumbuhkembangkan SDM insan jurnalis, khususnya bagi penyelenggara pers kampus.
"Pelaksanaan diklat ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan lebih bagi pelajar dan mahasiswa untuk menunjang pengetahuan akademiknya," kata Haswan.
Haswan menambahkan, melalui diklat jurnalis tersebut, diharapkan mampu membangun insan yang memiliki kepribadian yang kreatif, inovatif, kritis, dan madiri. "Tujuannya, supaya kelak dapat memiliki kemampuan untuk mengelola perusahaan penerbitan seperti surat kabar, tabloid, majalah secara baik dan efektif," paparnya.
Selain itu, kegiatan diklat ini juga dapat mengenalkan kepada para peserta mengenai teknologi media massa secara lebih dekat. "Demikian pula dengan peningkatan ilmu jurnalistik yang telah dimiliki sebelumnya, demi meningkatkan bakat dan minatnya dalam dunia jurnalistik," tandas Haswan.
Sementara itu, Pemimpin Redaksi Ajatappareng News, Syafruddin Wela yang membawakan materi mengenai teknik dan mekanisme editing dan layout (perwajahan) di penerbitan media cetak memaparkan, bahwa proses editing dan layout adalah finishing dari seluruh rangkaian pekerjaan di redaksi media penerbitan.
"Editing merupakan hal yang sangat penting dalam suatu surat kabar atau media massa, baik cetak maupun elektronik. Pekerjaan ini sangat membutuhkan konsentrasi penuh dan ketelitian untuk mengerjakannya," papar Syafruddin di depan para peserta Diklat Jurnalistik.
Syafruddin yang akrab disapa Shepa ini menambahkan, editor selaku pelaksana editing itu harus tahu dan mengerti betul mengenai alur tulisan atau berita yang diedit. Karena pada dasarnya, pelaksanaan editing itu untuk menyederhanakan tulisan yang substansinya kurang jelas," terangnya.
Ditambahkannya, editor harus mampu melakukan analisis dan akurasi data, sehingga berita yang disuguhkan kepada pembaca tersebut mudah dimengerti dan dipahami makud dan tujuannya. "Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dan analisa yang kuat mengenai peristiwa yang sesungguhnya terjadi," paparnya.
Sedangkan untuk pembuatan layout dan desain grafis, katanya, seorang layouter dituntut memoles pekerjaannya itu dengan sentuhan nilai seni yang tinggi, sehingga perwajahan surat kabar yang dihasilkan dapat menarik minat pembaca. "Umumnya, masyarakat pembaca itu tertarik untuk membaca sebuah surat kabar jika media tersebut nampak menarik dari segi perwajahannya," jelasnya.
Pasca penyelenggaraan diklat, komunitas pers kampus Red Line, optimis bisa menghadirkan media kampus yang berkualitas. Mereka yakin, dengan adanya materi dan pemaparan oleh para narasumber, jurnalis kampus bisa termotivasi untuk berkarya dan menghasilkan media yang mampu menjadi referensi bagi mahasiswa STAIN ke depan.(pan)
http://ajatapparengnews.com